JAKARTA - Hasil penelitian University of Southampton menyebutkan Indonesia merupakan negara kedua, setelah China, yang paling rawan lumpuh akibat tumbukan asteroid.
Pendapat ini dibenarkan oleh peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Profesor Thomas Djamaluddin. Menurut dia, Indonesia menjadi negara yang paling rawan hancur akibat dampak jatuhnya asteroid karena memiliki garis pantai yang paling panjang.
“Kalau asteroid jatuh ke laut di bagian dekat pantai, maka akan memicu tsunami. Tsunami inilah yang akan mengakibatkan kerusakan massif,” ungkap Prof Thomas kepada di Jakarta, Jumat (1/7/2011).
Dia mengklarifikasi, Indonesia bukan negara yang wilayahnya paling rawan kejatuhan asteroid. Sebab asteroid bisa jatuh di mana saja. Semua permukaan bumi berpotensi kejatuhan asteroid. “Tapi dampaknya berbeda-beda,” terangnya.
Kalau asteroid jatuh di gurun atau hutan tentu tidak akan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dalam skala besar. Begitu pula dengan kerusakan infrastruktur. “Paling hanya akan membentuk kawah. Situasi berbeda akan terjadi bila asteroid jatuh di laut atau permukiman penduduk,” ungkapnya.
Untuk pertama kalinya, ilmuwan mengidentifikasi negara-negara mana saja yang akan mengalami dampak terburuk akibat serangan asteroid, yang menjadikan mereka ‘lumpuh’ dan nyaris mustahil untuk kembali seperti semula.
Berdasarkan studi para peneliti di University of Southampton, kesepuluh negara dengan risiko terbesar adalah China, Indonesia, India, Jepang, AS, Filipina, Italia, Inggris, Brasil dan Nigeria.
China, Indonesia, AS, India dan Jepang menghadapi risiko kehilangan populasi dalam jumlah besar. Sementara negara-negara dengan ancaman kerusakan besar pada infrastrukturnya adalah AS, China, Jepang, Swedia, ditambah Kanada yang tidak masuk dalam peringkat 10 besar.
Penelitian ini dilakukan menyusul ancaman asteroid yang terjadi awal pekan lalu ketika batu seukuran dua bus melintasi bumi dengan jarak sekira 12 ribu kilometer. Hingga beberapa hari sebelum asteroid itu melintasi bumi, para ahli astronomi sempat menyangka bahwa benda asing itu hanyalah sampah luar angkasa.
"Risiko tabrakan asteroid dengan bumi semakin dipandang sebagai bencana alam terbesar yang bisa dihadapi peradaban manusia. Konsekuensi terhadap populasi manusia dan infrastruktur dari bencana tersebut sangat besar," ungkap Nick Bailey dari University of Southampton.
Nyaris 100 tahun lalu, wilayah terpencil di dekat Sungai Tunguska menjadi saksi dampak terbesar tabrakan asteroid sepanjang sejarah, ketika sebuah benda kecil dengan diameter 50 meter meledak di udara. "Untungnya asteroid itu jatuh di wilayah hutan tak berpenghuni. Tapi jika meledak di atas kota London, asteroid itu bisa menghancurkan segalanya," pungkas Bailey.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar